Pengukuran Cahaya
Sebelum memahami pengukuran cahaya, ada baiknya kita pahimi dulu sifat-sifat cahaya yaitu:
1. Cahaya merambat menurut garis lurus
Cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan bergerak sangat cepat dengan lintasan garis lurus. Cahaya memiliki kecepatan 300.000 km per detik. Garis-garis maya lurus yang menggambarkan cahaya disebut sinar cahaya.
2. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya yang merambat dari suatu zat ke zat lain akan dibiaskan di bidang perbatasan.
Pembiasan cahaya disebut juga pembelokan cahaya. Contoh peristiwa pembiasan adalah dasar kolam yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari biasanya.
3. Cahaya dapat menembus benda-benda bening
Benda tembus pandang atau benda bening hampir seluruhnya mampu meneruskan cahaya yang diterimanya. Contoh benda tembus cahaya adalah gelas kaca, botol, toples, dan air.
4. Cahaya dapat dipantulkan
Bila cahaya mengenai suatu benda maka terdapat dua kemungkinan peristiwa yang akan dialami oleh cahaya tersebut. Yang pertama adalah sebagian cahaya tersebut akan diteruskan ke dalam benda yang dikenainya. Sedangkan kemungkinan kedua adalah sebagian cahaya akan dipantulkan kembali.
Untuk mengetahui arah pemantulan cahaya dan sudut yang dibentuk, kita bisa menggunakan Hukum Snellius. Hukum Snellius atau hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa:
1. Sudut datang sama dengan sudut pantul.
2. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar.
Pengukuran kecepatan cahaya yang dilakukan di Eropa oleh Hippolyte Fizeau pada tahun 1849. Fizeau diarahkan seberkas cahaya pada cermin beberapa kilometer jauhnya. Sebuah berputar roda roda penggerak ditempatkan di jalur sinar seperti perjalanan dari sumber, untuk cermin dan kemudian kembali ke asalnya. Fizeau menemukan bahwa pada tingkat tertentu rotasi, balok akan melewati satu kesenjangan dalam roda pada jalan keluar dan kesenjangan berikutnya dalam perjalanan kembali. Mengetahui jarak ke cermin, jumlah gigi pada roda, dan tingkat rotasi, Fizeau mampu menghitung kecepatan cahaya sebagai 313.000.000 m / s. Pada tahun 1950, Essen mengulangi pengukuran tersebut dan mendapatkan angka 299.792.5±1 kilometer/detik, yang menjadi acuan bagi 12th General Assembly of the Radio-Scientific Union pada tahun 1957.
Sumber Cahaya
a. Sumber Cahaya Dengan Minyak
Di alam semesta ini ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami yang tidak pernah padam adalah matahari. Sedangkan sumber cahaya buatan pada awalnya ditemukan nenek moyang kita dulu secara tidak sengaja. Ketika melihat kilat menyambar sebatang pohon kemudian terbakar dan muncullah api. Pada abad 4 M ditemukan lilin yang digunakan sebagai pencahayaan. Lilin pada awalnya terbuat dari bahan yang dihasilkan oleh lebah madu atau dari sejenis minyak kental. Pada tahun 1860 hingga kini kekuatan sinar lilin dijadikan patokan dasar standar internasional pengukuran kekuatan cahaya (satuannya disebut candela) dari suatu lampu. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih baik mengenai proses pembaharuan dan ditemukannya bahan bakar minyak dari perut bumi, sejak mulai abad ke-18 penggunaan lampu minyak mulai berkembang pesat. Lampu minyak dengan bahan bakar minyak korosin dapat digunakan sebagai sumber cahaya secara aman (tidak mudah meledak) dan murah, sehingga lampu-lampu lilin tidak terpakai lagi, kecuali untuk dekorasi atau kepentingan khusus.
b. Sumber Cahaya dengan gas
Dengan penemuan gas bumi di Amerika Serikat dan Kanada menyebabkan turunnya harga gas, sehingga pemakaian pencahayaan dengan gas menjadi semakin luas. Seorang ilmuwan dari Inggris bernama William Murdock pada tahun 1820 berhasil membuat sumber cahaya dari gas. Semula menggunakan alat pembakar yang sederhana, dimana warna kuning daripada suluh itu sendiri menjadi sumber cahaya. Namun pada tahun-tahun berikutnya diperoleh suatu bentuk alat pembakar dengan memasukkan udara panas yang bisa diatur suhunya. Bahan yang dibakar tersebut harus tahan bakar. Semakin panas suhunya semakin putih bahan tersebut dan cahayanya bertambah semakin terang. Dalam penyempurnaannya bahan tahan bakar tersebut dikembangkan pula Mantel Welsbach yang berbentuk silindris atau linier yang direndam dalam garam thorium atau cerium. Lampu gas ini cukup baik untuk penerangan, namun karena mengeluarkan aroma yang kurang sedap sering mengganggu kesehatan. c. Lampu Busur Lampu listrik yang pertama kali dibuat adalah berupa lampu busur. Lampu ini memanfaatkan sebuah busur sebagai sumber cahaya. Busur tersebut terjadi antara dua buah elektroda yang dibuat dari karbon. Lampu busur ini sangat cocok untuk penerangan jalan, karena mempunyai efisiensi dan tingkat kehandalan yang tinggi, lagipula warna cahayanya menarik untuk dilihat. Bentuk busur yang terjadi tergantung dari sumber tegangan listrik yang dipakai.
c. Lampu Busur
Lampu listrik yang pertama kali dibuat adalah berupa lampu busur. Lampu ini memanfaatkan sebuah busur sebagai sumber cahaya. Busur tersebut terjadi antara dua buah elektroda yang dibuat dari karbon. Lampu busur ini sangat cocok untuk penerangan jalan, karena mempunyai efisiensi dan tingkat kehandalan yang tinggi, lagipula warna cahayanya menarik untuk dilihat. Bentuk busur yang terjadi tergantung dari sumber tegangan listrik yang dipakai.
Pengukuran Cahaya
a. Intensitas Cahaya (I) dan Fluks Cahaya ( Φ)
Intensitas cahaya I didefinisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang memancar Φ per sudut ruang :
Total
sudut ruang adalah ω = 4π
(Steradian). Fluks cahaya adalah besarnya intensitas cahaya yang memancar pada
sudut ruang tertentu.
Iluminansi cahaya adalah sinar yang
jatuh (datang) pada sebuah permukaan atau fluks cahaya yang menerangi bidang
tiap satu satuan luas, sehingga dapat ditulis persamaan.
Karena
fluks cahaya yang memancarkan dari titik seluruh ruang adalah Φ = 4πl dan luas permukaan bola adalah A = 4IR2,
suatu sumber intensitas cahaya I menghasilkan iluminansi total adalah
b
b. Tingkatan Terang Pantulan Cahaya
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat terang pantulan :
1. Sudut datang sinar, semakin besar sudut datang sinar,semakin lemah
sinar yang dipantulkan
dibandingkan dengan jika sinar tersebut jatuh tegak
lurus pada bidang pantul
2. Tekstur permukaan benda. Benda
yang permukaannya kasar akan memantulkan cahaya ke segala
arah dengan tidak
merata, jadi tingkat terang pantulannya cenderung lebih kecil dibandingkan
pantulan
yang halus.
3. Warna
cahaya dan warna bidang. Warna cahaya dan warna bidang juga menentukan
tingkat terang
pantulan. Misalnya, warna sianr biru jatuh pada bidang warna
ynag gelap seperti hijau, maka sinar
tersebut akan dipantulakan dengan
intensitas yang kecil
4. Keadaan
udara pada saat itu. Semakin bersih udara dari partikel-partikel debu
dan asap, maka sinar
yang terkena cahya semakin terang karena tidak terhalang
oleh partikel-partikel tersebut
5. Jarak
antara sumber cahaya dengan bidang pantul.
Semakin jauh sumber cahaya dari bidang pantul,
maka semakin lemah kekuatan
iluminasi cahaya yang dipantulkan, atau dapat dikatakan, kekuatan
iluminasi
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya dengan bidang pantul
Lux/Light meter
alat ukur Intensitas Cahaya
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini
perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan
yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan
sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang
diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan
digital.
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux
meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel.
Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai
energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya
yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat
tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada
panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi
efek dari semua panjang gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu
warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi
dari hampir semua jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning
dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna
yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber
cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa
cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar