Minggu, 03 Mei 2015

Penemu Mikroskop

Selama ribuan tahun, objek paling kecil yang dapat dilihat manusia adalah selebar rambut manusia. Ketika sebuah alat yang bernama mikroskop ditemukan pada tahun 1590, seketika itu juga manusia dapat melihat sebuah dunia baru di mana makhluk yang sangat kecil hidup, mungkin itu di air yang biasa diminum, di dalam makanan, dan di berbagai tempat lainnya. Akan tetapi, siapa yang menemukan mikroskop tersebut tidak jelas. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa yang menemukan adalah Hans Lippershey, orang yang dikenal mengajukan paten pertama kali untuk teleskop. Namun, bukti lain mengarah kepada Hans dan Zacharias Jansen, tim yang beranggotakan ayah dan anak pembuat kacamata yang tinggal di kota yang sama denga Lippershey.
Jansen atau Lippershey? Zacharias-Lippershey_smallHans Lippershey, juga dieja Lipperhey, lahir di Wesel, Jerman pada tahun 1570, tapi ia pindah ke Belanda, yang kemudian menikmati suatu periode inovasi seni dan ilmu pengetahuan yang disebut sebagai Masa Keemasan Belanda. Lippershey menetap di Middleburg, di mana ia membuat kacamata, teropong, beberapa mikroskop paling awal, dan teleskop. Hans dan Zacharias Jansen juga tinggal di Middleburg seperti halnya Lippershey. Para sejarawan menghubungkan penemuan mikroskop kepada keluarga Jansen, berkat surat yang ditulis oleh diplomat Belanda, William Boreel. Pada tahun 1650-an, Boreel menulis surat kepada seorang dokter raja Perancis. Dalam suratnya, Boreel mengatakan bahwa Zacharias Jansen menulis surat kepadanya tentang mikroskop pada 1590-an, meskipun Boreel melihat mikroskop itu dengan mata kepalanya sendiri beberapa tahun kemudian. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Hans Jansen juga membantu dalam pembuatan mikroskop itu dan Zacharias pada waktu itu adalah seorang remaja. Keterangan Gambar: Zacharias Jansen (atas) dan Hans Lippershey (bawah). Gambar diambil dari Wikimedia Commons dan berada dalam domain publik. Mikroskop di Awal Penemuan Mikroskop pertama yang dibuat Jansen adalah mikroskop majemuk yang menggunakan sedikitnya dua lensa. Lensa objektif diposisikan dekat dengan objek dan menghasilkan gambar yang diambil dan diperbesar lebih lanjut oleh lensa kedua, yang disebut lensa mata atau lensa okuler. Mikroskop pertama kali (Sumber: Wikimedia Commons, gambar ini tersedia dalam domain publik) Mikroskop pertama kali (Sumber: Wikimedia Commons, gambar ini tersedia dalam domain publik) Sebuah museum di Middleburg memiliki salah satu mikroskop awal miliki Jansen, yang bertanggal 1595. Mikroskop itu berupa tiga tabung dengan lensa berbeda yang dapat digeser. Tanpa penopang dan mampu memperbesar tiga sampai sembilan kali dari ukuran sebenarnya. Berita mengenai mikroskop ini segera menyebar dengan cepat ke seluruh Eropa. Sehingga, Galileo Galilei segera memperbaiki desain mikroskop majemuk tersebut pada tahun 1609. Galileo menyebut perangkatnya tersebut dengan “occhiolino“, atau mata yang kecil. Robert Hooke, ilmuwan Inggris, juga meningkatkan kemampuan mikroskop sehingga mampu mengamati struktur kepingan salju, kutu, dan tanaman. Dia juga yang menciptakan sebuah istilah “sel” yang diambil dari bahasa Latin “cella” yang berarti ruangan kecil. Sebuah buku yang berjudul “Micrographia” menjelaskan secara rinci pengamatannya pada tahun 1665. Mikroskop majemuk pada awalnya digunakan untuk memperbesar gambar lebih dari mikroskop lensa tunggal. Namun, pada tahun 1670-an, seorang ilmuwan asal Belanda Antoine van Leeuwenhoek merancang mikroskop lensa tunggal yang memiliki kekuatan tinggi. Mikroskop buatan Van Leeuwnhoek ini adalah mikroskop yang pertama kali digunakan untuk mengamati sperma (spermatozoa) dari anjing dan manusia. Mikroskop ini juga digunakan untuk mengamati sel darah merah, ragi, bakteri, dan protozoa. Mikroskop lensa tunggal Van Leeuwenhoek bisa memperbesar suatu objek hingga 270 kali lebih besar dari ukuran sebenarnya. Berbagai penemuan pun segera bermunculan berkat adanya mikroskop. Pada tahun 1882, seorang dokter Jerman, Robert Koch, mempresentasikan penemuan Mycobacterium tuberculosis, basil yang bertanggung jawab terhadap penyakit tuberkulosis (TB). Koch juga menggunakan teknik pewarnaan untuk mengisolasi bakteri yang bertanggung jawab terhadap penyakit kolera. Mikroskop terbaik telah mencapai batasnya pada awal abad ke-20. Mikroskop cahaya sudah tidak dapat mengamati objek yang lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak. Tapi pada tahun 1931, ilmuwan Jerman Ernst Ruska dan Max Knoll mengatasi masalah tersebut dengan mikroskop elektron. Evolusi Mikroskop Mikroskop Elektron (Sumber: Wikimedia Commons, Lisensi: GFDL & CC BY-SA) Mikroskop Elektron (Sumber: Wikimedia Commons, Lisensi: GFDL & CC BY-SA) Ernst Ruska lahir di Heidelberg, Jerman tahun 1906 dan merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Ia belajar elektronika di Technical College, Munich dan melanjutkan studi tegangan tinggi dan teknologi vakum di Technical College of Berlin. Di sanalah Ruska dan pembimbingnya, Dr. Max Knoll pertama kali menciptakan “lensa” dari medan magnet dan arus listrik. Pada tahun 1933, pasangan tersebut membangun sebuah mikroskop elektron yang bisa melampaui batas pembesaran pada mikroskop optik pada saat itu. Ernst memenangkan Penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986 untuk karyanya. Mikroskop elektron bisa mencapai resolusi yang lebih tinggi karena panjang gelombang elektron lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak, terutama ketika elektron dipercepat dalam ruang hampa. Kedua jenis mikroskop (cahaya dan elektron) tersebut menjadi sangat maju pada abad ke-20. Hingga hari ini, laboratorium menggunakan tag fluorescent atau filter terpolarisasi untuk mengamati spesimen, atau mereka juga menggunakan komputer untuk menangkap dan menganalisa gambar yang tidak terlihat oleh mata manusia. Saat ini terdapat berbagai jenis mikroskop seperti mikroskop refleksi, mikroskop fase kontras, mikroskop konfokal, dan mikroskop ultraviolet. Mikroskop modern bahkan bisa mengambil gambar atom tunggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar